Site icon KEBAKTIAN

Apa Kehendak Tuhan di balik menciptakan Adam dan memberinya hikmat

Alkitab menyatakan: “Dari tanah, Tuhan Yahweh membentuk segala binatang di padang, dan segala burung di udara. Dia membawanya kepada Adam untuk melihat bagaimana ia akan menamai mereka: dan setiap nama yang Adam berikan kepada setiap makhluk yang hidup, demikianlah nama mereka kemudian. Adam menamai semua ternak, dan burung di udara, dan setiap binatang di padang; tetapi bagi Adam tidak ditemukan penolong yang sepadan baginya” (Kejadian 2:19–20). Setiap kali membaca ayat-ayat ini, aku selalu berpikir: Adam menamai semua hewan ternak, semua burung, dan semua binatang di padang. Dia pastinya mengetahui semua makhluk hidup ini; kalau tidak, bagaimana dia bisa menghasilkan begitu banyak nama? Atau kalau tidak, Yahweh pastinya telah memberi tahu Adam semua nama binatang itu sebelumnya, dan baru kemudian dia tahu dengan nama apa masing-masing binatang itu harus disebut. Aku merenungkan masalah ini dalam waktu yang lama, tetapi tetap tidak bisa mengetahuinya.

Baru ketika aku membaca satu bagian dari firman Tuhan, aku memahami kehendak Tuhan yang tersembunyi di balik permintaan-Nya kepada Adam untuk menamai semua binatang. Firman Tuhan menyatakan: “Baris ini memberitahukan sebuah fakta kepada umat manusia: Tuhan memberikan kecerdasan kepada manusia ketika Ia menciptakannya. Artinya, kecerdasan manusia berasal dari Tuhan. Ini adalah hal yang pasti. Namun, kenapa? Setelah Tuhan menciptakan Adam, apakah Adam pergi ke sekolah? Apakah ia tahu cara membaca? Setelah Tuhan menciptakan berbagai makhluk hidup, apakah Adam mengenali semua makhluk hidup ini? Apakah Tuhan memberitahukan kepadanya apa nama-nama semua makhluk hidup itu? Tentu saja, Tuhan juga tidak mengajarinya bagaimana menemukan nama untuk makhluk-makhluk ini. Itulah fakta yang sebenarnya! Lalu, bagaimana Adam tahu bagaimana memberi nama makhluk-makhluk hidup ini dan nama seperti apakah yang harus diberikan kepada makhluk-makhluk hidup ini? Ini berkaitan dengan pertanyaan mengenai apa yang Tuhan tambahkan kepada Adam ketika Ia menciptakannya. Fakta membuktikan bahwa ketika Tuhan menciptakan manusia, Ia menambahkan kecerdasan-Nya kepada manusia. … Tuhan menciptakan manusia, menghembuskan napas hidup ke dalam dirinya, dan juga memberi kepadanya sebagian dari kecerdasan-Nya, kemampuan-Nya, dan apa yang dimiliki-Nya serta siapa diri-Nya. Setelah Tuhan memberikan kepada manusia semua ini, manusia mampu melakukan beberapa hal secara mandiri dan berpikir sendiri. Jika apa yang manusia kemukakan dan lakukan itu baik di mata Tuhan, maka Tuhan akan menerimanya dan tidak akan mencampuri. Jika apa yang manusia lakukan itu benar, Tuhan akan membiarkannya. Jadi, menunjukkan apakah frasa ‘setiap nama yang Adam berikan kepada setiap makhluk yang hidup, demikianlah nama mereka kemudian’? Itu menunjukkan bahwa Tuhan merasa tidak perlu untuk melakukan perubahan apa pun pada nama-nama yang diberikan kepada berbagai makhluk hidup. Apa pun nama yang Adam berikan kepada suatu makhluk, Tuhan akan berkata ‘Jadilah seperti itu,’ menegaskan nama makhluk tersebut. Apakah Tuhan mengungkapkan pendapat-Nya dalam masalah ini? Tidak, sudah pasti tidak. Jadi, apa yang engkau semua dapatkan dari sini? Tuhan memberi kecerdasan kepada manusia dan manusia menggunakan kecerdasan yang Tuhan berikan untuk melakukan sesuatu. Jika apa yang manusia lakukan itu positif di mata Tuhan, perbuatan itu ditegaskan, diakui, dan diterima oleh Tuhan tanpa dievaluasi atau dikritik. Ini adalah sesuatu tidak dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh roh jahat, atau Iblis. Apakah engkau semua melihat penyingkapan watak Tuhan di sini? Akankah seorang manusia, seorang manusia yang telah rusak, atau Iblis mengizinkan orang lain mewakili mereka melakukan sesuatu tepat di depan mata mereka? Tentu saja tidak! Apakah mereka akan memperebutkan kedudukan ini mereka dengan orang lain tersebut atau kekuatan lain yang berbeda dengan mereka? Tentu saja mereka akan melakukannya! Jika yang bersama Adam pada saat itu adalah seorang manusia yang rusak atau Iblis, mereka pasti akan menolak apa yang sedang Adam lakukan. Demi membuktikan bahwa mereka punya kemampuan untuk berpikir secara mandiri dan memiliki wawasan unik mereka sendiri, mereka pasti akan menolak semua yang Adam lakukan: ‘Engkau mau menamainya ini? Aku tidak akan menyebutnya ini, aku akan menyebutnya itu; engkau memanggilnya Tom, tetapi aku akan memanggilnya Harry. Aku harus menunjukkan betapa pintarnya aku.’ Natur macam apakah ini? Bukankah ini terlalu congkak? Dan bagaimana dengan Tuhan? Apakah Ia memiliki watak semacam itu? Apakah Tuhan memiliki keberatan yang tidak wajar terhadap apa yang Adam lakukan? Jawabannya tegas, sama sekali tidak! Dari watak yang Tuhan singkapkan, tidak terkandung sedikit pun argumentasi, kecongkakan, maupun kebenaran diri sendiri. Di sini, hal ini sangat jelas. Ini mungkin tampak seperti poin yang tidak berarti, tetapi jika engkau tidak memahami esensi Tuhan, jika hatimu tidak mencoba mencari tahu bagaimana Tuhan bertindak dan apa sikap Tuhan, engkau tidak akan mengetahui watak Tuhan atau melihat pengungkapan dan penyingkapan watak Tuhan. Bukankah demikian? Setujukah engkau semua dengan apa yang baru saja Aku jelaskan kepadamu? Sebagai respons terhadap tindakan Adam, Tuhan tidak menyatakan dengan muluk-muluk: ‘Engkau telah melakukannya dengan baik, engkau telah melakukannya dengan benar, dan Aku setuju!’ Namun, di dalam hati-Nya, Tuhan menyetujui, menghargai, dan memuji apa yang Adam lakukan. Sejak penciptaan, inilah hal pertama yang manusia lakukan bagi Tuhan sesuai arahan-Nya. Ini adalah sesuatu yang manusia lakukan mewakili Tuhan dan atas nama Tuhan. Di mata Tuhan, ini memunculkan kecerdasan yang telah Dia anugerahkan kepada manusia. Tuhan melihatnya sebagai hal yang baik, hal yang positif. Apa yang Adam lakukan pada saat itu merupakan manifestasi pertama dari kecerdasan Tuhan dalam diri manusia. Itu adalah manisfestasi yang baik dari sudut pandang Tuhan. Yang ingin Aku katakan kepadamu di sini adalah bahwa tujuan Tuhanmemberikan sesuatu dari apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya serta kecerdasan-Nya kepada manusia adalah agar umat manusia dapat menjadi makhluk hidup yang memanifestasikan Dia. Melihat makhluk hidup seperti itu bertindak atas nama-Nya adalah sesuatu yang sangat Tuhan rindukan” (Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I).

Setelah membaca firman Tuhan ini, tiba-tiba aku menemuan kejelasan. Ternyata Adam tidak menamai semua binatang karena dia sudah mengenal mereka sejak awal, dan itu tidak dilakukan dengan Tuhan memberi tahu Adam dengan apa mereka semua disebut sebelumnya. Alih-alih, Tuhan memberi Adam kecerdasan ketika Dia menciptakannya, dan dengan mengandalkan kecerdasan yang telah Tuhan berikan kepada Adam inilah Adam mampu memberi nama semua hewan dengan nama yang berbeda dan menarik. Dari sini kita dapat melihat bahwa, ketika Tuhan pertama kali menciptakan manusia, Dia tidak hanya memberinya napas kehidupan, tetapi Dia juga memberikan beberapa kecerdasan-Nya sendiri dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya kepada manusia, sehingga memungkinkan manusia untuk dapat berpikir dan bertindak secara mandiri, dan untuk dapat hidup secara normal. Pada saat yang sama, kita dapat melihat bahwa kebijaksanaan dan perbuatan Tuhan dimanifestasikan melalui manusia melakukan hal-hal positif. Setelah Adam menamai semua binatang, Tuhan tidak mengubah satu pun dari mereka, tetapi sebaliknya memperkenankan semua yang Adam lakukan. Hal ini memungkinkan aku untuk melihat esensi kebaikan Tuhan dan bahwa tidak ada sedikit pun kecongkakan atau kesombongan dalam watak Tuhan. Selama Adam menaati Tuhan dan melakukan beberapa perbuatan positif yang sesuai dengan ketentuan Tuhan, maka Tuhan akan memperkenankannya, dan Tuhan tidak mencampuri, meniadakan, atau menghakimi apa pun yang dilakukan Adam.

Watak Tuhan dan apa yang Dia miliki dan siapa Diri-Nya sama sekali tidak ada dalam diri kita manusia yang rusak. Ambil contoh ketika kita membahas masalah ini dengan orang lain. Kita sangat cenderung ingin meniadakan pendapat orang lain untuk menegaskan bahwa kita sendiri memiliki wawasan yang unik, dan untuk alasan inilah kita memamerkan diri kita sebagai orang yang pintar dan menegaskan bahwa kita lebih unggul daripada orang lain. Kadang-kadang, kita tahu betul bahwa pendapat dan saran orang lain itu sesuai, tetapi demi mempertahankan kedudukan dan citra kita di hati orang lain, kita menemukan segala macam alasan untuk menolak pandangan orang lain. Kita benar-benar harus membuat orang lain mengikuti gagasan kita sendiri, dan itulah sebabnya kita selalu memamerkan bakat kita. Semua ini, dan perilaku lain seperti itu, semuanya dikendalikan oleh sifat Iblis dalam batin kita berupa kecongkakan dan mementingkan diri sendiri. Setelah kita dirusak oleh Iblis, logika dan aksioma iblis “Aku adalah Tuhanku sendiri di seluruh surga dan bumi” menjadi berakar kuat di dalam hati kita, watak rusak kita yang congkak dan mementingkan diri sendiri menjadi kehidupan kita dan kita jatuh di bawah kendali sifat rusak ini. Dalam situasi apa pun kita tidak mau ketinggalan dari yang lain, hati kita tidak mendengarkan siapa pun, dan kita selalu ingin menjadi yang paling dominan, bersekongkol melawan orang lain dan bersaing dengan orang lain demi ketenaran dan kekayaan. Kita hanya tidak bisa bergaul dengan damai dengan orang lain dan, ketika kita bekerja keras untuk sementara waktu dan tetap tidak berhasil mencapai puncak, kita kemudian hidup dalam penderitaan yang tidak dapat kita hindari. Dari sini, kita dapat melihat bahwa, dengan hidup berdasarkan pada watak iblis kita, kita manusia hanya mengungkapkan kerusakan dan tidak ada kemanusiaan yang normal sama sekali. Di sisi lain, esensi Tuhan adalah rendah hati dan tersembunyi, indah dan baik, tanpa sedikit pun watak rusak berupa kecongkakan, mementingkan diri sendiri, dan membenarkan diri sendiri yang dimiliki oleh kita manusia yang rusak. Tuhan menciptakan semua hal, Dia mengatur semua hal, dan Dia mahakuasa, tetapi Dia tidak pernah memamerkan kekuatan dan otoritas-Nya. Ketika Adam melakukan perbuatan dengan menggunakan kecerdasan yang diberikan Tuhan kepadanya, Tuhan memberikan perkenanan-Nya, dan kita dapat melihat dari Tuhan melakukan ini bahwa Dia rendah hati sekaligus pengasih.

Selain itu, dari pujian dan penerimaan Tuhan atas perbuatan yang dilakukan Adam sesuai dengan kecerdasan yang diberikan Tuhan kepadanya, aku akhirnya memahami kehendak Tuhan dan ketentuan-Nya bagi kita. Tuhan memberi kita kecerdasan-Nya dan memberikan sebagian dari apa yang Dia miliki dan siapa Diri-Nya kepada kita dengan harapan agar kita akan mengindahkan firman-Nya, melakukan kehendak-Nya, bertindak sesuai dengan ketentuan-Nya dan memenuhi kehendak-Nya, dan menjadi manifestasi dari kemuliaan-Nya. Dengan cara ini, tindakan kita menjadi paling berarti dan paling sepadan, dan paling layak menerima pujian dan berkah Tuhan. Ini karena kehendak Tuhan ketika Dia menciptakan kita adalah agar kita dapat memuliakan-Nya dan memanifestasikan-Nya dalam kehidupan kita dan memberikan kesaksian bagi-Nya—inilah satu-satunya makna dari diciptakannya diri kita.

Dalam firman Tuhan, akhirnya aku memahami kehendak Tuhan yang tersembunyi di balik Dia memperkenankan Adam untuk menamai semua binatang. Meskipun secara lahiriah, ini mungkin tampak seperti masalah kecil, watak Tuhan dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya diungkapkan di dalamnya, dan ini merangkum niat dan harapan Tuhan untuk umat manusia. Aku bersyukur atas bimbingan Tuhan karena memperkenankan aku mengungkap misteri ini di dalam hatiku.

Exit mobile version