Cerita anak sekolah minggu mengenai kejujuran. Setiap anak harus bersikap jujur kapan pun dan di mana pun. Tidak boleh seorang anak berbohong bahkan hanya dalam keadaan bercanda sekalipun. Sebab itu adalah hal yang buruk.
Untuk itu sebagai orang dewasa, kita harus selalu mengajarkan anak agar tidak bersikap bohong kepada siapapun yang ada di dunia ini. Setiap anak harus diajari untuk selalu jujur dalam situasi dan kondisi seperti apapun.
Cara mengajarkan mereka yang paling mudah adalah melalui cerita rohani. Ketika anak-anak mengikuti sekolah minggu, Anda bisa memberinya cerita rohani Kristen tentang kejujuran untuk anak sekolah minggu. Dan di sini kami akan membagikan beberapa referensi untuk Anda.
Putri Raja yang Jujur
Sudah lama Raja tidak mengadakan penyamaran untuk menyaksikan keadaan rakyatnya. Dia mendambakan sekali menyaksikan segera keadaan hidup rakyatnya, dikarenakan selama ini menterinya senantiasa melaporkan bahwa keadaan rakyat didalam keadaan aman, sehat, makmur tak tidak cukup satu apa. Untuk membuktikan kata menterinya Baginda bakal menyaksikan langsung.
Memang selama ini kerajaan aman-aman saja. Rakyatnya senantiasa makmur, tak ada gejolak. Raja memerintah bersama arif bijaksana, maka tak heran misalnya rakyat benar-benar menghormatinya. Apalagi saat ini Raja udah mempunyai seorang anak laki-laki. Putra mahkota sebagai penggantinya misalnya dia wafat dan seorang putri.
Malam itu Baginda mendambakan melakukan niatnya dan untuk itu dia udah kenakan pakaian sebagaimana rakyat biasa. Sebagai rekan di perjalanan Baginda mengajak hambanya, selama perjalanan Raja bercerita banyak bersama hambanya. Banyak sekali perihal yang mendambakan diketahui raja dari hambanya tentang rakyatnya. Misalnya tentang penghidupan rakyatnya, apakah udah layak. Juga tentang makan, apakah rakyatnya ada yang menderita kelaparan atau tidak.
Ketika raja melewati lorong kecil yang agak gelap sayup-sayup di kejahuan terdengar sebuah pembicaraan dari sebuah tempat tinggal kecil yang letaknya di ujung lorong. Pembicaraan itu rupanya menarik perhatian Baginda. Mereka mempercepat jalur sehingga segera sampai di depan tempat tinggal tersebut.
Rumah kecil berikut dihuni oleh dua orang anak beranak, seorang putri dan ibunya. Ayah udah lama meninggal, sehingga mereka berdua kudu sanggup menjaga hidupnya. Dahulu pekerjaan ayahnyai adalah seorang penjaja susu. Hasilnya lumayan, sanggup untuk menghidupi anak istrinya.
Langganan ayahnya lumayan banyak, dari pegawai kerajaan sampai para pedagang. Sehingga tak heran misalnya mereka hidup berkecukupan. Ayahnya meninggal dikarenakan sakit dan banyak biaya yang udah dikeluarkan sehingga tabungan yang selama ini disimpan digunakan untuk biaya pengobatan.
Keadaan keluarga ini kini jadi benar-benar miskin dibanding dikala ayahnya masih hidup. Untuk membantu kehidupannya mereka melanjutkan bisnis pada mulanya yakni sebagai penjaja susu.
Dengan mengendap-endap raja dan hmbanya mendekati tempat tinggal tersebur. Karena malam itu sunyi dan sepi, maka pembicaraan antara putri dan ibunya terdengar lumayan jelas.
putriku, akhir-akhir ini hidup kami kekurangan. Kadang sehari makan dua kali, dikarenakan langganan kami tak sebanyak dikala ayahmu masih hidup. Yah, saya tak mengetahui mengapa sanggup begini”
“Ah, kemungkinan kami tengah diuji oleh Tuhan, desa ibunya. Bukankah tidak senantiasa manusia bahagia, kadang susah kadang puas dan kami baru mendapat susah itu”.
“Begini saja putriku, sehingga susu kami jadi lebih banyak sehingga nanti banyak terjual, maka campurlah susu ini bersama air. Toh mereka tidak mengetahui jika susu yang kami jual kami campur bersama air. Ah, betapa banyaknya duit yang kami peroleh. Cepat ambil air dan tuangkan didalam susu ini!” begitu perintah ibu kepada anaknya bersama wajah berseri.
Putrinya tersentak kaget, dan dia tidak mengira mengapa ibunya bakal berbuat seperti itu. Sejak kecil ia udah dididik berbuat kejujuran oleh ayahnya, bahkan ibunya pun kerap menasihatinya sehingga senantiasa berbuat jujur. putrinya tak habis pikir, mengapa ibunya tiba-tiba lupa bersama apa yang selama ini diajarkan kepadanya yakni kejujuran. Tentunya bersama tegas sang putri menampik perintah ibunya.
“Tidak ibu. Aku tak rela berbuat curang. Memang tak ada orang yang menyaksikan tingkah laku kita, bu. Tetapi Tuhan menyaksikan kita. Ingatlah ibuku, bukankah ibu senantiasa mengajarkan kepadaku untuk berbuat kejujuran?”
Ibu sangati kaget mendengar penuturan putrinya, rupanya dia tersadar dari apa yang bakal diperbuatnya. Berkali-kali dia mohon ampun kepada Tuhan.
“Maafkan ibumu , saya udah khilaf cuma dikarenakan hidup kami miskin. Biarlah kami miskin asal kami sanggup merasakan bahagia. Marilah kami tidur putriku. Besok kami berjualan susu bersama-sama”. Begitulah pada akhirnya ibunya sadar.
Maka bersama beranjaknya mereka ke area tidur, raja dan hambanya meninggalkan tempat tinggal itu. raja udah mendengar semua pembicaraan anaki dan ibunya. Sebelum meninggalkan tempat tinggal kecil itu, hambanya diiperintah raja untuk menandai tempat tinggal tersebut.
Keesokan harinya, Baginda memanggil hambanya untuk menghadap. Pertemuan diselenggarakan di balai kerajaan.
“Begini hambaku, apakah anda masih ingat tempat tinggal yang tadi malam kami kunjungi. Aku mendambakan sekali memberi hadiah bagi gadis yang jujur tersebut. Kamu tahu, bahwa saya benar-benar menjunjung suatu kejujuran. Untuk itu panggilah mereka berdua untuk menghadapku, saya bakal beri tambahan hadiah bagi mereka”.
“Titah raja bakal saya laksanakan. Tapi jika boleh saya usul, berilah mereka berdua duit yang banyak sehingga berkecukupan. Saya mengetahui jika raja benar-benar menjunjung tinggi nilai kejujuran”, begitu usul hambanya.
“Uang yang banyak bukan ganjaran yang setimpal bersama suatu kejujuran. Kejujuran tidak sanggup dinilai bersama sejumlah uang. Mereka bakal saya jadikan bagian keluargaku. Biarlah mereka kuangkat jadi saudara bagi putriku”.
Begitulah buah kejujuran. putri bersama ibunya udah menuai hasilnya. Kini mereka berdua hidup puas jadi bagian dari keluarga kerajaan.