Ketika aku melihat Alkitab mencatatkan bahwa: “Dan Yesus, ketika Dia dibaptis, segera keluar dari air: dan lihatlah, langit terbuka bagi-Nya, dan Dia melihat Roh Tuhan turun seperti burung merpati dan menyinarinya-Nya: Dan terdengarlah suara dari surga berkata: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan‘” (Matius 3:16-17). Ketika Tuhan Yesus berdoa, Dia sering berdoa: “Tuhan Bapa“, jadi dari hatiku percaya bahwa di surga ada Tuhan Bapa, dan Tuhan Yesus hanyalah Anak Tuhan. Tetapi kemudian aku melihat Tuhan Yesus berkata: “Aku dan Bapaku adalah satu” (Yohanes 10:30). Alkitab juga mencatatkan bahwa “Filipus berkata kepada-Nya, ‘Tuhan, tunjukkan kepada kami Bapa itu, dan itu cukup untuk kami.’ Yesus berkata kepadanya: ‘Aku sudah begitu lama bersamamu, tetapi engkau belum mengenal Aku, Filipus? Ia yang sudah melihat Aku sudah melihat Bapa; lalu bagaimana engkau berkata, tunjukkan kepada kami Bapa itu? Tidakkah engkau percaya bahwa Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku?'” (Yohanes 14:9-11). Aku sangat bingung dalam hati: Tuhan di surga berkata bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Tuhan yang terkasih, dan Tuhan Yesus juga berdoa kepada Tuhan di surga sebagai “Tuhan Bapa“; tapi Tuhan Yesus berkata lagi: “Ia yang sudah melihat Aku sudah melihat Bapa … Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku …” (Yohanes 14:9-11). “Aku dan Bapaku adalah satu” (Yohanes 10:30). Jadi, apakah Tuhan Yesus adalah “Anak” atau “Bapa”? Logikanya, Anak adalah Anak dan Bapa adalah Bapa. Bagaimana bisa menjadi satu? Dengan kebingungan seperti itu, aku bertanya kepada banyak saudara dan saudari di dalam Tuhan, termasuk pendeta, penatua, dan pengkhotbah, tetapi mereka semua mengatakan bahwa ini adalah misteri besar, yang tidak dapat diterangkan dengan jelas oleh pikiran manusia. Kebingungan ini selalu menemaniku selama bertahun-tahun.
Sampai suatu hari, aku membaca satu perikop firman dari sebuah buku yang diberikan oleh seorang teman: “Ketika Yesus memanggil Tuhan yang di surga dengan sebutan Bapa pada saat Dia berdoa, ini dilakukan hanya dari sudut pandang seorang manusia yang diciptakan, hanya karena Roh Tuhan telah mengenakan daging manusia yang biasa dan normal dan memiliki penampilan luar sebagai makhluk ciptaan. Walaupun di dalam diri-Nya adalah Roh Tuhan, penampilan lahiriah-Nya tetaplah penampilan manusia biasa; dengan kata lain, Dia telah menjadi ‘Anak manusia’ yang dikatakan semua orang, termasuk dikatakan oleh Yesus itu sendiri. Mengingat bahwa Dia disebut Anak manusia, Dia adalah orang (bisa laki-laki atau perempuan, yang berarti Dia memiliki wujud lahiriah seorang manusia) yang dilahirkan dalam keluarga normal orang biasa. Oleh karena itu, Yesus yang memanggil Tuhan yang di surga dengan sebutan Bapa, adalah sama seperti bagaimana engkau semua pada awalnya memanggil Dia dengan sebutan Bapa; Dia melakukannya dari perspektif manusia ciptaan. Apakah engkau semua masih ingat Doa Bapa Kami yang Yesus ajarkan untuk engkau hafalkan? ‘Bapa kami yang di surga ….’ Dia meminta semua manusia untuk memanggil Tuhan yang di surga dengan nama Bapa. Dan karena Dia juga memanggil-Nya Bapa, Dia melakukannya dari sudut pandang orang yang berdiri setara dengan engkau semua. Karena engkau memanggil Tuhan yang di surga dengan nama Bapa, ini menunjukkan bahwa Yesus memandang diri-Nya berdiri setara denganmu, dan sebagai manusia di bumi yang dipilih oleh Tuhan (yaitu, Anak Tuhan). Jika engkau semua memanggil Tuhan Bapa, bukankah ini karena engkau semua adalah makhluk ciptaan? Sebesar apa pun otoritas Yesus di bumi, sebelum penyaliban, Dia hanyalah Anak manusia, yang diperintah oleh Roh Kudus (yaitu, Tuhan), dan salah satu makhluk ciptaan di bumi, karena Dia masih harus menyelesaikan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, Dia memanggil Tuhan yang di surga Bapa semata-mata karena kerendahhatian dan ketaatan-Nya. Namun, Dia memanggil Tuhan (yaitu, Roh yang di surga) dengan cara demikian, tidak membuktikan bahwa Dia adalah Anak dari Roh Tuhan yang di surga. Sebaliknya, itu karena sudut pandang-Nya berbeda, bukan karena Dia adalah pribadi yang berbeda. Keberadaan pribadi-pribadi berbeda adalah suatu kesalahan berpikir! Sebelum penyaliban-Nya, Yesus adalah Anak manusia yang terikat oleh keterbatasan daging, dan Dia tidak sepenuhnya memiliki otoritas Roh. Itulah sebabnya Dia hanya bisa mencari kehendak Tuhan Sang Bapa dari perspektif makhluk ciptaan. Sama halnya ketika Dia tiga kali berdoa di Getsemani: ‘Bukan seperti yang Aku kehendaki, melainkan seperti kehendak-Mu.’ Sebelum Dia disalibkan, Dia hanyalah Raja orang Yahudi; Dia adalah Kristus, Anak manusia, dan bukan tubuh kemuliaan. Itulah sebabnya, dari sudut pandang makhluk ciptaan, Dia memanggil Tuhan Bapa” (“Apakah Tritunggal Itu Ada?”).
Setelah membaca perikop ini, aku tiba-tiba mengerti, dan keraguan di hatiku selama bertahun-tahun akhirnya terpecahkan. Ternyata Tuhan Yesus adalah Roh Tuhan yang mengenakan daging, menjadi Anak Manusia, memiliki penampilan luar sebagai makhluk ciptaan, dan hidup dalam kemanusiaan yang normal. Tuhan Yesus berdoa kepada “Tuhan Bapa“, karena Dia berdiri di perspektif sebagai makhluk ciptaan untuk memanggil Tuhan di surga sebagai “Bapa”. Sama seperti Tuhan Yesus mengajar kita untuk menghafal Doa Bapa Kami: “Bapa kami di Surga …” Tuhan Yesus membiarkan kita untuk memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa, menurut imajinasiku: Tuhan Yesus memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Roh Tuhan, bukan Tuhan sendiri. Kita juga memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa, apakah kita juga anak-anak Roh Tuhan? Betapa tidak masuk akal pikiranku sendiri! Tuhan Yesus adalah Tuhan itu sendiri, tetapi Dia dapat memanggil Tuhan di surga sebagai Bapa dan mencari kehendak Bapa dari perspektif yang sama dengan makhluk ciptaan. Ini sepenuhnya mengungkapkan esensi kerendahan hati dan ketersembunyian Tuhan. Namun, karena aku tidak memahami esensi kerendahan hati Tuhan Yesus terhadap Tuhan, aku muncul gagasan ketika melihat Tuhan Yesus menyebut “Tuhan Bapa” ketika Dia berdoa, aku benar-benar bodoh sekali!
Kemudian aku melihat satu perikop lagi: “Masih saja ada orang yang berkata, ‘Bukankah Tuhan secara tegas menyatakan bahwa Yesus adalah Anak-Nya yang terkasih?’ Yesus adalah Anak Tuhan yang terkasih, yang kepada-Nya Dia berkenan—ini tentu diucapkan oleh Tuhan itu sendiri. Itu adalah Tuhan yang sedang memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri, tetapi hanya dari perspektif yang berbeda, yaitu perspektif Roh yang di surga yang memberikan kesaksian mengenai inkarnasi-Nya sendiri. Yesus adalah inkarnasi-Nya, bukan Anak-Nya yang di surga. Apakah engkau paham? Bukankah perkataan Yesus, ‘Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku,’ menunjukkan bahwa Mereka adalah satu Roh? Dan bukankah karena inkarnasilah Mereka dipisahkan di antara surga dan bumi? Pada kenyataannya, Mereka tetap adalah satu; bagaimanapun, itu adalah semata Tuhan yang sedang memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri … Tetapi pada waktu itu, Roh yang di surga hanya menyatakan bahwa Dia adalah Anak Tuhan yang terkasih, dan tidak menyebutkan bahwa diri-Nya adalah Anak Tuhan yang tunggal. Ini sama sekali tidak terjadi. Bagaimana mungkin Tuhan memiliki seorang anak tunggal? Maka apakah Tuhan tidak akan menjadi manusia? Karena Dia adalah inkarnasi, Dia disebut Anak Tuhan yang terkasih, dan, dari sini, muncullah hubungan antara Bapa dan Anak” (“Apakah Tritunggal Itu Ada?”).
Setelah melihat perikop ini, aku mengerti lebih jelas bahwa Roh surgawi menyebut Yesus sebagai Anak yang terkasih karena Tuhan berdiri di perspektif Roh yang di surga yang memberikan kesaksian mengenai inkarnasi-Nya sendiri, Tuhan yang sedang memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri, tetapi ini tidak membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah Putra Roh Tuhan di surga. Di zaman Perjanjian Baru, Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan penyaliban untuk menebuskan manusia, Dia menjadi korban penghapus dosa untuk menanggung dosa manusia. Roh Tuhan tidak dapat disalibkan, hanya Roh Tuhan yang mengenakan daging dan datang ke bumi dapat menyelesaikan pekerjaan ini. Tuhan Yesus adalah inkarnasi Roh Tuhan yang melakukan pekerjaan Tuhan sendiri, dan apa yang Tuhan Yesus ungkapkan adalah maksud dari Roh Tuhan. Daging dan Roh pada mulanya adalah satu, dengan memiliki hakikat yang sama, watak yang sama, dan kebijaksanaan dan kemahakuasaan yang sama. Hanya ada satu Tuhan yang benar di surga dan di bumi. Aku tiba-tiba memikirkan Tuhan Yesus pernah berkata: “Yang terutama dari semua perintah itu adalah, Dengarkanlah, hai Israel; Tuhan kita adalah Tuhan yang esa” (Markus 12:29). Tuhan Yesus secara khusus menekankan hal ini dalam perintah, tujuan-Nya untuk membuat kita mengerti bahwa Tuhan itu “Esa”. Hanya ada satu Tuhan, dan hanya ada satu Roh Tuhan, dan tidak ada perbedaan antara Bapa dan Anak sama sekali. Mengapa kita memiliki gagasan tentang Bapa dan Anak? Pada dasarnya, ini disebabkan oleh ketidaktahuan manusia akan Tuhan yang berinkarnasi! Aku mencari di Alkitab dan menemukan bahwa di Zaman Hukum Taurat dalam Perjanjian Lama, tidak ada yang sebutan tentang Bapa dan Anak. Orang-orang pada waktu itu tidak akan berpikir Tuhan dipisahkan sebagai Bapa dan Anak. Gagasan ini dimulai setelah Tuhan Yesus berinkarnasi menjadi manusia untuk bekerja. Bahkan Filipus, yang mengikuti Tuhan Yesus juga penuh dengan gagasan. Dia berkata kepada Yesus: “Tuhan, tunjukkan kepada kami Bapa.” Tuhan Yesus mengoreksi pemahamannya yang salah dan berkata: “Ia yang sudah melihat Aku sudah melihat Bapa … Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku …” (Yohanes 14:9-11). “Aku dan Bapaku adalah satu” (Yohanes 10:30). Karena kita manusia mati rasa dan tidak masuk akal, kita hanya mengerti maksud harfiah Alkitab, tetapi kita tidak mengerti kehendak Tuhan di dalamnya. Bukankah teguran Tuhan Yesus kepada Filipus juga dikatakan kepadaku? Aku menggunakan imajinasiku untuk menentukan bahwa Tuhan dipisahkan menjadi Bapa dan Anak, dan aku menganggap Tuhan Yesus sebagai Anak Tuhan, bukan Tuhan sendiri. Bukankah ini menyangkal Tuhan dan menghujat Tuhan? Apakah di dalam hatiku Tuhan dapat menjadi unik? Ini adalah sesuatu yang sangat menyinggung watak Tuhan! Memikirkan hal ini, aku merasa menyesal dan menyalahkan diri sendiri atas ide-ideku yang salah, tetapi pada saat yang sama, aku juga berterima kasih kepada Tuhan karena mengizinkanku melihat semua firman ini dan memahami kebenaran dan misteri dalam aspek ini, sehingga aku dapat keluar dari gagasan yang salah.
Dengan demikian, aku akhirnya mengerti apa yang Yesus katakan: “Ia yang sudah melihat Aku sudah melihat Bapa … Aku ada di dalam Bapa, dan Bapa ada di dalam Aku …” (Yohanes 14:9-11). “Aku dan Bapaku adalah satu” (Yohanes 10:30). Aku mengerti arti kata-kata ini, dan juga mengerti bahwa Tuhan Yesus bukanlah Anak Tuhan di surga. Hakikat Tuhan Yesus adalah Tuhan sendiri yang berinkarnasi. Terima kasih Tuhan atas pencerahannya, aku sudah memahami misteri yang besar ini, segala kemuliaan bagikan Tuhan!