Setiap orang tua pasti pernah menghadapi masa-masa sulit dalam membesarkan anak, terlebih ketika anak menunjukkan perilaku yang membangkang, keras kepala, atau disebut “nakal”. Namun, sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk membimbing anak-anak dengan kasih dan firman Tuhan, bukan hanya dengan emosi atau kekuatan.
1. Tuhan Mempercayakan Anak sebagai Amanah
Anak bukan sekadar keturunan, tapi sebuah titipan dan tanggung jawab rohani yang besar.
“Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.”
— Mazmur 127:3
Ketika anak menunjukkan perilaku nakal, jangan langsung melihatnya sebagai beban, tapi sebagai peluang untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran sejak dini.
2. Jangan Cepat Marah, Tapi Didiklah dengan Kasih
Marah bukanlah solusi utama. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak membesarkan anak dalam kemarahan, tapi dalam didikan dan nasihat Tuhan.
“Dan kamu bapa-bapa, jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
— Efesus 6:4
Saat anak berbuat salah, orang tua perlu berhikmat: mengoreksi dengan sabar, memberi pemahaman, dan mencontohkan perilaku yang benar. Hukuman yang disertai kasih jauh lebih efektif daripada kemarahan yang melukai hati.
3. Ajarkan Firman Tuhan Sejak Dini
Anak-anak adalah ladang yang siap ditaburi benih. Ketika mereka mulai menyimpang, mungkin saatnya kita meninjau kembali apakah firman Tuhan sudah tertanam kuat dalam hati mereka.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
— Amsal 22:6
Ajak anak berdoa bersama, bacakan kisah Alkitab, dan berikan pemahaman moral dari sudut pandang Kristiani. Ini akan menjadi fondasi spiritual yang menolong mereka kembali ketika mereka menyimpang.
4. Periksa Hati dan Cara Kita Mendidik
Kadang-kadang, anak menjadi “nakal” bukan karena kehendaknya, tapi karena ia sedang mencari perhatian, merasa tidak dimengerti, atau mencontoh perilaku negatif dari sekelilingnya.
Renungkan:
-
Apakah kita hadir penuh dalam hidup anak?
-
Apakah anak merasa aman secara emosional di rumah?
-
Apakah kita mendidik dengan konsistensi dan kejelasan?
Kesalahan anak bisa menjadi cermin bagi orang tua untuk mengoreksi diri.
5. Berdoalah untuk Hati Anak
Perubahan sejati berasal dari dalam hati, dan hanya Tuhan yang bisa menyentuh hati seorang anak secara mendalam.
“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”
— Yakobus 5:16b
Luangkan waktu khusus untuk mendoakan anak. Sebut namanya dalam doa, minta Tuhan melembutkan hatinya, memberinya hikmat, dan juga menguatkan Anda sebagai orang tua.
Penutup: Nakal Bukan Akhir dari Segalanya
Anak yang nakal bukan berarti gagal. Tuhan bisa memakai setiap pergumulan dalam keluarga sebagai sarana untuk membentuk karakter dan iman—baik bagi anak, maupun orang tua. Jangan menyerah. Tetaplah mendidik dengan kasih, disiplin yang benar, dan pengharapan dalam Tuhan.
Ingatlah: Tuhan mengasihi anak-anak kita lebih daripada kita mengasihi mereka. Serahkan mereka dalam tangan-Nya yang penuh kuasa.