Dalam kehidupan, hubungan antara anak dan orang tua adalah salah satu ikatan paling sakral dan diberkati Tuhan. Namun, tidak semua hubungan keluarga berjalan mulus. Ada kalanya kita merasa sakit hati, kecewa, bahkan membenci orang tua sendiri — entah karena luka lama, ketidakadilan, atau konflik yang belum terselesaikan.
Sebagai orang percaya, bagaimana seharusnya kita menghadapi perasaan membenci orang tua? Apa yang Tuhan kehendaki saat hati kita disakiti oleh orang yang seharusnya menjadi pelindung dan panutan?
1. Perasaan Tidak Dosa, Tapi Membiarkannya Bertumbuh Adalah Bahaya
Setiap manusia memiliki emosi, termasuk rasa marah dan kecewa. Tuhan tidak melarang kita merasa sedih atau terluka. Namun, ketika kekecewaan berubah menjadi kebencian, hati kita menjadi ladang subur bagi kepahitan dan dosa.
Efesus 4:26-27
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan jangan beri kesempatan kepada Iblis.”
Tuhan tahu bahwa membenci orang tua akan merusak tidak hanya hubungan keluarga, tetapi juga relasi kita dengan-Nya. Kebencian membutakan hati dan menjauhkan kita dari kasih yang sejati.
2. Perintah Tuhan Tidak Berubah: Hormatilah Ayah dan Ibumu
Keluaran 20:12
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”
Perintah ini adalah hukum yang disertai janji. Menghormati orang tua tidak selalu berarti setuju dengan segala tindakan mereka. Terkadang, menghormati berarti memilih untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi dengan kasih dan pengampunan.
3. Pengampunan Adalah Proses, Tapi Wajib Dimulai
Membenci orang tua biasanya berakar dari luka yang dalam. Tapi kasih Kristus mengundang kita untuk melepaskan pengampunan — bukan karena mereka layak, tetapi karena kita telah diampuni lebih dahulu.
Kolose 3:13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain… sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”
Pengampunan bukan berarti membenarkan kesalahan mereka, tapi melepaskan beban dari hati kita dan menyerahkan keadilan kepada Tuhan.
4. Tuhan Peduli dengan Luka Hati Kita
Jika kamu pernah disakiti, diabaikan, atau bahkan dianiaya oleh orang tua, ingatlah: Tuhan melihat dan memahami air matamu. Dia bukan Tuhan yang acuh, tapi Bapa yang penuh kasih dan pemulih luka.
Mazmur 34:18
“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”
Datanglah kepada Tuhan dengan hati terbuka. Biarkan kasih-Nya mengisi tempat yang dulu diisi kebencian. Dia sanggup memulihkan hubungan, bahkan yang telah lama hancur.
5. Langkah-Langkah Rohani Mengatasi Kebencian
-
Berdoa dengan jujur. Curahkan isi hati kepada Tuhan tanpa menyembunyikan rasa sakitmu.
-
Belajar memahami. Terkadang orang tua juga terluka dan membawa luka lama ke dalam pola asuh.
-
Beri ruang untuk rekonsiliasi. Jika memungkinkan, bicaralah dengan orang tua dalam kasih.
-
Lepaskan pengampunan dalam iman. Tidak perlu menunggu emosi berubah untuk mulai mengampuni.
-
Dekatkan diri pada Firman dan komunitas Kristen. Dukungan rohani sangat penting dalam proses pemulihan.
Kesimpulan: Hati yang Mengasihi Lebih Kuat dari Luka
Membenci orang tua mungkin terasa masuk akal bagi dunia, tapi tidak demikian dalam kerajaan Allah. Kita dipanggil untuk mengasihi, bahkan saat itu menyakitkan. Kasih Kristus yang telah lebih dahulu mengampuni kita, memampukan kita untuk memilih pengampunan, bahkan di tengah luka.
Hari ini, mari kita renungkan: apakah ada kebencian yang masih mengakar dalam hati terhadap orang tua kita? Jika ya, inilah saatnya untuk melepaskan dan memberi ruang bagi kasih Kristus bekerja.
“Kasih menutupi banyak dosa.” – 1 Petrus 4:8