Renungan rohani tentang mengampuni orang lain. Orang Kristen yang hebat bukan orang yang kuat, orang yang memiliki pangkat tinggi, ataupun orang dengan jabatan yang hebat. Melainkan orang yang sanggup menahan emosinya dan memaafkan orang lain.
Maaf, benar, sebuah kata yang sangat sulit untuk diucapkan, apalagi bagi mereka yang tengah terjerumus ke dalam kuasa kegelapan. Namun Tuhan sangat menganjurkan orang untuk bersikap menjadi pemaaf dan melupakan kesalahan yang telah diperbuat oleh orang lain seperti yang dibahas pada ayat alkitab tentang memaaafkan.
Kasih sayang Tuhan kepada umat-Nya begitu tinggi, tidak heran bila Tuhan selalu mengampuni kesalahan yang diperbuat anak-Nya jika dengan tulus memanjatkan doa pengakuan dosa kristen. Lalu, mengapa kita tidak mencontohnya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup?
Masih sulit untuk memaafkan? Karena kesalahan yang diperbuat oleh orang lain begitu besar sehingga di dalam diri kita tersimpan amarah yang begitu tinggi kepada orang tersebut? Kesabaran tidak cukup untuk melawan emosi? Cobalah baca beberapa renungan berikut.
Di bawah ini kami ingin menuliskan beberapa renungan rohani Kristen tentang mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain yang dirangkum dari berbagai sumber. Mudah-mudahan dengan adanya renungan ini kita bisa menjadi pribadi yang lebih sabar dan mampu mengucapkan kata maaf.
Mengapa Mengampuni
Saat seorang teman mengkhianati Anda, Anda harus tahu bahwa Anda harus memberikan pengampunan, namun kadang Anda tidak dapat melakukanya. Kata-kata yang dia tuturkan begitu menyayat hati sehingga Anda pun tersentak dalam kepedihan dan kemarahan.
Meski kalian telah membicarakan masalah tersebut, dan Anda berkata kepadanya bahwa Anda telah mengampuninya, namun dalam beberapa waktu yang lama, Anda masih merasakan sakit setiap kali melihatnya.
Anda pun jadi menyadari bahwa masih ada kebencian yang melekat pada diri Anda. Namun Anda harus mengetahui bahwa Allah menjawab doa-doa Anda dan memberikan kesanggupan untuk mengampuni teman itu sepenuhnya. Anda akhirnya bebas dan terlepas dari kebencian.
Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Lukas 23:34
Pengampunan menjadi inti dari iman Kristen, Juru selamat kita memberikan pengampunan bahkan menjelang kematian-Nya di kayu salib. Yesus senantiasa mengasihi orang-orang yang melukai-Nya di kayu salib. Yesus memohon kepada Bapa untuk mengampuni mereka, Tuhan Yesus tidak akan memendam kemarahan, melainkan akan menunjukkan kasih-Nya.
Ini adalah waktu yang tepat untuk memikirkan di hadapan Tuhan, siapa saja yang mungkin membutuhkan pengampunan. Kita harus meneladani Yesus dan meneruskan kasih-Nya kepada orang-orang yang telah menyakiti kita.
Saat kita memohon agar Allah memampukan kita mengampuni dengan kuasa Roh-Nya, Dia pun akan menolong kita meski perlu waktu yang lama sehingga kita rela mengampuni. Saat kita berhasil melakukannya, kita pun akan terlepas dari sikap tidak mau mengampuni yang selama ini membelenggu.
Mengampuni Tidak Mengingat Kesalahan
“Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” Matius 18:35.
Bila Tuhan sudah membuang jauh segala dosa dan pelanggaran kita sejauh timur dari barat, bahkan melalui firman-Nya Dia berkata: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumbah, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18).
Namun kita yang telah mendapat pengapunan dosa oleh Tuhan seringkali sulit mengampuni orang lain. Kita masih saja mengingat-ingat kesalahan yang mereka lakukan, mengungkit apa yang mereka perbuat, bahkan kita terus membicarakannya.
Jika kita mengatakan bahwa kita telah mengampuni orang lain, maka aritnya kita telah melakukan apa yang sudah Tuhan teladankan, yakni membuang kesalahan dan pelanggaran orang lain terhadap kita, serta kita tidak mengingat-ingatnya lagi.
“…tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia menutupi segala sesuatu,” (1 Korintus 13:5b, 7).
Memberi ampunan berarti mempraktekkan kuasa pengampunan yang sudah kita terima dari Tuhan dan siap melepaskannya kepada orang lain. Memberi ampunan berarti tidak lagi mengingat kesalahan orang seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisah, saling terkait satu sama lain.
Bila kita masih mengingat perbuatan mereka, bagaimana mereka menyakiti kita, bagaimana mereka mengecewakan kita, itu sama halnya kita belum sepenuh hati mengapuni mereka. Padahal, mengampuni orang lain adalah salah satu jalan untuk kita memperoleh pengampunan Tuhan.
“…jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 6:14-15).
Pengampunan yang kita peroleh dari Tuhan tak bisa dipisahkan dari kewajiban kita mengampuni orang lain. Sebab ini adalah perintah dari Tuhan.