Roma 8: 10
Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 96; Lukas 8; Yosua 3-4
Pastor Phil tampak tujuh kaki lebih tinggi dari saya ketika saya kecil. Dia bisa saja menjadi kapten laut atau pemadam kebakaran atau kepala polisi, tetapi dia memilih menjadi seorang pendeta.
Suatu kali di malam minggu, suaranya yang nyaring menarik perhatian saya ketika dia mulai bercerita tentang seorang pria asing dan aneh yang berubah selamanya setelah mengalami pertemuan dengan Yesus.
Dia bercerita, pria itu kerasukan dan hidup di bukit-bukit yang dipenuhi makam orang Gerasa. Semua orang takut kepada dia dan tak seorangpun yang bisa menenangkannya. Namun orang-orang berhasil memasang belenggu. Tetapi dia berhasil mematahkan belenggu itu. Hingga kemudian Yesus tiba di daerah itu – satu-satunya sosok yang bisa melepaskan dia dari ikatan-ikatan tersebut.
Saat orang itu melihat Yesus, dia berkata.
“Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” (Markus 5: 7)
Yesus sama sekali tidak ingin menyakitinya. Tetapi justru membantunya. Pria itu dirasuki banyak sekali roh jahat. Lalu Yesus pun mengusir mereka semua keluar dari pria itu dan mengirim mereka kepada kawanan babi yang ada di sana. Babi-babi itupun segera terjun ke dalam danau dan mati.
“Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.” (Markus 5: 13).
Ketika orang-orang di daerah itu keluar untuk menyaksikan apa yang sedang terjadi, pria yang kerasukan roh jahat itu sedang duduk, berpakaian dan berperilaku seperti orang normal kembali. Hal itu membuat warga setempat ketakutan. Mereka menyayangkan ribuan babi itu mati dan meminta Yesus untuk pergi dari sana.
Cara Pendeta Phil menceritakan tentang sikap orang setempat terhadap Yesus sungguh mengesankan. Seolah-olah mereka berkata kepada Dia, “Kami tidak peduli kemana Engkau pergi atau apa yang Engkau lakukan, Engkau harus pergi dari sini.” Sementara pria yang disembuhkan itu menyampaikan reaksi yang berbeda. “Aku tidak peduli kemana Engkau pergi atau apa yang Engkau lakukan, selama aku bisa bersama dengan Engkau.”
Apakah Anda seperti pria itu, apapun yang terjadi? Sudahkah Anda datang untuk mengasihi dan percaya kepada Dia sehingga Anda bisa berkata-kata seperti orang yang disembuhkan itu?
Di kitab Rut kita bisa menemukan seseorang yang menginspirasi kita mengabdikan hidup kita sepenuhnya untuk Tuhan. Rut ingin tinggal bersama ibu mertuanya, Naomi, bahkan setelah suaminya meninggal. Inilah yang disampaikan Rut saat Naomi membuat rencana untuk meninggalkan Moab dan kembali ke Yehuda.
“Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!” (Rut 1: 16-17)
Pernahkah Anda begitu mengasihi seseorang sehingga Anda bersikap demikian? Pernahkah Anda begitu mengasihi Tuhan, sehingga Anda berkata sesuatu seperti itu kepada Tuhan?
Apakah kita rela mengorbankan apapun dan segalanya demi Tuhan? Apakah kita bersedia untuk meninggalkan semua hal yang mengalihkan perhatian kita untuk mengikut Dia? Semakin kita mengenal Dia, semakin kita yakin bahwa kita bisa mempercayai Dia dan hidup dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya.
Kita bisa mendapati bahwa Tuhan mampu memuaskan jiwa kita dan memenuhi kita dengan hal-hal yang baik. Dia adalah Bapa yang mengasihi kita dan Sahabat yang berbagi semua petualangan hidup dengan kita. Kita akan dimampukan untuk berkata “Aku mau tinggal bersamaMu.”
Hak cipta Katy Kauffman, diambil dari renungan harian CBN
Komentar