oleh

Cara Membaca Firman Tuhan di Alkitab yang Efektif

Membaca Alkitab merupakan pelajaran wajib bagi renungan harian orang Kristen. Tanpa kehidupan membaca Alkitab, kehidupan rohani Kristen akan kering dan berhenti bertumbuh, jadi sangat penting bagi kita membaca Alkitab, ini merupakan dasar dan akar dari pertumbuhan kehidupan rohani kita. Beberapa orang dapat memahami kebenaran melalui membaca Alkitab, sehingga kehidupan mereka memperoleh pembekalan; tetapi beberapa orang telah membaca Alkitab selama bertahun-tahun, mereka dapat membahas tentang pemahaman Alkitab, tetapi mereka tidak memiliki pertumbuhan dalam kehidupan mereka. Apa alasannya? Sebenarnya, alasannya adalah karena mereka tidak tahu cara membaca Alkitab.

Saudara dan saudari bertanya, bagaimana cara membaca Alkitab agar mencapai hasil? Kunci utama dalam membaca Alkitab adalah membaca firman Tuhan, dan hal yang paling penting adalah memahami kehendak Tuhan. Maka bagaimana cara membaca firman-firman Tuhan dalam Alkitab? Di bawah ini, mari kita berbicara tentang beberapa cara penerapan yang benar dan efektif, sebagai referensi untuk semua orang:

1. Tidak boleh hanya puas dengan memahami makna harfiah.
Banyak saudara dan saudari ketika sedang membaca Alkitab, mereka hanya puas dengan memahami makna harfiah, mereka berpikir memahami makna harfiah berarti telah memahami makna dari firman Tuhan. Sebenarnya, jika kita tidak berfokus untuk merenungkan kenyataan yang ditunjukkan dalam makna firman Tuhan, sekalipun kita menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca, kita hanya memahami doktrin-doktrin rohani, dan tidak memahami kehendak dan tuntutan Tuhan. Karena itu, di atas dasar memahami makna harfiah, kita harus belajar untuk merenungkan makna tersirat, karena semua firman Tuhan adalah kebenaran, dan di dalamnya ada kehendak Tuhan dan tuntutan Tuhan, tidak seperti makna harfiah yang begitu sederhana dan dangkal, kita harus memusatkan perhatian untuk merenungkan firman Tuhan dengan lebih mendalam. Dengan demikian, kita dapat memahami firman Tuhan dengan tepat, dan tahu firman Tuhan yang harus diterapkan oleh kita. Ini akan membantu pertumbuhan dalam kehidupan kita.

Karena itu, ketika kita sedang membaca Akitab, kita boleh membaca sambil merenungkan: apa kehendak Tuhan dalam paragraf firman Tuhan ini? Apa tuntutan Tuhan terhadap kita? Dampak apa yang akan dicapai oleh Tuhan dengan firman ini? dan lain-lainnya. Contohnya, ketika kita membaca ayat Alkitab dalam Matius 22:37-38: “Engkau harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu. Inilah perintah pertama dan yang terutama.” Jika kita hanya memahami makna harfiah tentang dua ayat ini, kita akan berpikir bahwa bekerja keras untuk Tuhan, meninggalkan dan mengorbankan segalanya untuk Tuhan, dan tidak menyangkal nama Tuhan terlepas dari apakah kita dipenjarakan atau kita dianiaya oleh keluarga kita—adalah perwujudan dari mengasihi Tuhan. Sebetulnya, melalui renungan yang lebih mendalam, kita akan dapat merefleksikan apakah bekerja keras, serta meninggalkan dan mengorbankan segalanya demi Tuhan berarti kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap pikiran kita? Dalam renungan kita, kita dapat menyadari bahwa pemahaman kita seperti itu tidak benar, karena orang-orang Farisi juga meninggalkan dan mengorbankan segalanya dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka bekerja keras, dan mengelilingi dunia untuk menyebarkan injil, namun pada akhirnya mereka ditegur oleh Tuhan Yesus: “Tetapi celakalah engkau, ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi”; dari luar, tampaknya semua yang mereka lakukan adalah untuk Tuhan, tetapi ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja dan berfirman, mereka sama sekali tidak mencari dan menyelidiki karya Tuhan Yesus, malah sibuk menentang dan menghukum kedatangan Tuhan Yesus, dan mengendalikan orang-orang percaya Yahudi di tangan mereka; dari sini, dapat dilihat bahwa meskipun mereka dapat meninggalkan dan mengorbankan segalanya untuk Tuhan, pada hakikatnya mereka bukan melakukannya dengan segenap hati dan segenap pikiran mereka, dan itu terlebih lagi bukan perwujudan dari mengasihi Tuhan, melainkan memiliki niat dan tujuan pribadi mereka—bekerja hanya demi status dan mata pencaharian mereka sendiri. Dengan melakukan refleksi lagi, kita juga bisa mengenal bahwa pengorbanan dan kerja keras kita demi Tuhan memiliki niat pribadi kita, mengandung kecemaran dan semata-mata adalah untuk mengadakan pertukaran dengan Tuhan; kita ingin menggunakan hal-hal tersebut sebagai modal untuk masuk ke dalam kerajaan surga; ketika pengorbanan kita tidak memungkinkan kita memperoleh berkat Tuhan, kita akan mengeluh kepada Tuhan. Pada saat itulah kita baru mengenal diri kita sendiri, bahwa pengorbanan dan pekerjaan yang kita lakukan ini tidak bisa dikatakan bahwa kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap pikiran kita, melainkan semua yang kita lakukan hanya untuk diri kita sendiri.

Kita hanya dapat memahami dengan melalui renungan bahwa mengasihi Tuhan bukan hanya sekadar perbuatan lahiriah saja, kuncinya adalah melihat apa niat dan tujuan kita dalam melakukan segala hal. Apakah niat dan tujuan kita adalah untuk mengasihi Tuhan dan memuaskan Tuhan, atau untuk mendapatkan keuntungan dan memenuhi keinginan kita sendiri. Dan perwujudan dari mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap pikiran adalah mengasihi Tuhan dengan mempersembahkan segenap hati dan tubuh kita. Apa yang kita pikirkan semuanya adalah bagaimana memuaskan Tuhan, bahkan jika kita perlu mengorbankan nyawa kita sendiri, kita tetap mau memuaskan Tuhan, dan sama sekali tidak mempertimbangkan kepentingan kita sendiri. Sama seperti Petrus, dia melakukan tugasnya dengan segenap kekuatannya. Tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan, dia tidak pernah lupa, dia memimpin umat-umat pilihan Tuhan secara ketat sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus, meninggikan dan menyaksikan Tuhan dalam setiap hal, dan akhirnya dia rela disalibkan demi mengasihi Tuhan. Ini adalah benar-benar mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran. Ketika kita merenungkan seperti ini sedikit demi sedikit, kita akan benar-benar bisa mengerti arti sebenarnya dari ayat Alkitab ini, “Engkau harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu”.

Karena itu, ketika kita membaca firman Tuhan, kita harus sungguh-sungguh merenungkan arti sebenarnya dan konotasi dari firman Tuhan; dengan ini, kita dapat menghindari diri dari memperlengkapi teori-teori rohani. Selama kita berlatih dengan cara ini, kita pasti akan semakin memahami kehendak Tuhan serta persyaratan-Nya, jalan penerapan kita akan menjadi lebih akurat dan tepat, dan kehidupan kita juga akan semakin bertumbuh.

2. Dalam pembacaan firman Tuhan, kita harus membandingkan firman Tuhan dengan kita sendiri.
Tuhan Yesus berkata: “Bertobatlah engkau: karena Kerajaan Surga sudah dekat” (Matius 4:17). Kehendak Tuhan Yesus adalah ingin kita benar-benar memiliki pertobatan sejati, dan pada akhirnya bisa memasuki kerajaan surga. Dan untuk mencapai pertobatan sejati, kita harus membandingkan firman Tuhan dengan diri kita sendiri sehingga kita dapat mengenal kerusakan dan pemberontakan yang ada dalam diri kita sendiri, bagian mana yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan serta kelemahan dan kekurangan kita. Namun, ketika kita membaca Alkitab, kita hanya menekankan pada berapa banyak ayat yang kita baca, atau kita melewati firman Tuhan begitu saja setelah mendapatkan pemahaman yang sederhana, tetapi kita tidak berfokus untuk merefleksikan diri kita dengan menggabungkan firman Tuhan; sebagai hasilnya, kita membaca banyak ayat Alkitab tetapi kita sama sekali tidak mengenal diri kita sendiri, kita tidak tahu apakah semua yang kita lakukan sesuai dengan firman Tuhan, dan apakah kita telah memenuhi tuntutan Tuhan. Karena itu, ketika kita membaca firman Tuhan yang mengungkapkan kerusakan kita dan tuntutan Tuhan terhadap kita, kita harus membandingkan firman Tuhan dengan diri kita sendiri. Hanya dengan ini, renungan firman Tuhan kita akan membuahkan hasil.

Sebagai contohnya, mari kita melihat sebuah firman Tuhan Yesus yang mengatakan: “Tetapi hendaknya perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak: Karena semua yang di luar itu datangnya dari si jahat” (Matius 5:37). “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama seperti anak kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Matius 18:3). Firman Tuhan Yesus menuntut kepada kita untuk menjadi orang yang jujur, tidak boleh berbohong dan menipu orang, kita harus menjadi sama seperti anak kecil yang sederhana dan terbuka, tidak memiliki tipu daya. Kita mencerminkan diri kita dengan firman Tuhan Yesus, dan berpikir secara sederhana: setelah kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita juga berbicara secara sederhana dengan orang lain, kita mengatakan dengan seadanya, sepertinya kita tidak berbohong dan menipu orang, jadi kita merasa bahwa kita sudah menjadi orang yang jujur. Sebenarnya, ketika kita menenangkan hati kita, kita memeriksa diri kita dengan menggunakan hati kita atas perbuatan yang telah kita lakukan dan perkataan-perkataan yang telah kita ucapkan setiap hari, dan juga segala sesuatu yang kita pikirkan, kita akan menemukan bahwa kita masih memiliki banyak kebohongan serta penipuan dalam diri kita, kita masih jauh dari standar orang jujur yang dituntut oleh Tuhan Yesus. Misalnya: Ketika kita berdoa, kita mengatakan bahwa kita ingin mengorbankan segalanya untuk Tuhan seumur hidup kita, tetapi ketika kita mengalami bencana, penganiayaan, serta kesengsaraan besar, kita akan mengeluh dan menyalahkan Tuhan tanpa kita sadari, dan bahkan kita akan mengkhianati Tuhan; dari sini, dapat dilihat bahwa doa seperti itu adalah keinginan kosong, dan itu adalah berbohong kepada Tuhan; ketika orang lain menunjukkan kesalahan kita dalam hal yang dilakukan oleh kita, demi menjaga harga diri dan status kita, kita akan membuat alasan, dan menutupinya dengan berbohong; Terkadang ketika kita melihat masalah orang lain, kita takut kita akan menyinggung orang lain kalau kita mengutarakannya, lalu kita mengamalkan filsafat Iblis, “Aku melihat masalah dia dengan jelas tetapi aku tidak akan mengatakannya untuk mempertahankan persahabatan dengan dia”; dan tidak mengungkapkan masalah orang lain—ini adalah kelicikan dan penuh tipu daya; dan lain-lainnya. Semua perwujudan ini dari ketidakjujuran dalam diri kita dapat dikenali oleh kita secara bertahap dengan melalui secara ketat mengintrospeksi diri kita dengan mengukur kita berdasarkan firman Tuhan; pada saat ini, kita akan dapat melihat bahwa kita benar-benar bukan orang yang jujur, kita penuh kebohongan dan tipu daya dalam diri kita. Kemudian, kita memikirkan lagi bahwa Tuhan adalah Tuhan yang setia, adil dan benar; jika kita tidak menyelesaikan semua watak rusak ini, kita sama sekali tidak memiliki kelayakan untuk memasuki kerajaan surga; setelah kita mengenali semua ini, kita akan membenci diri kita sendiri karena kerusakan kita terlalu dalam, dan kita sangat membutuhkan keselamatan Tuhan, sehingga kita akan mencari jalan penerapan dalam firman Tuhan dengan cemas untuk menghapus masalah tipu daya untuk mencapai kejujuran, kita akan berusaha dengan sepenuhnya untuk mencapai target menjadi orang jujur.

Oleh karena itu, ketika kita membaca Alkitab kita harus memperhatikan untuk mengintrospeksi dan mengenal diri kita, karena penerapan dalam aspek ini sangatlah penting bagi kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan. Hanya dengan merefleksikan segala perbuatan dan perilaku kita, serta gagasan dan pemikiran kita, kita akan dapat melihat kerusakan, kelemahan dan kekurangan yang ada di dalam diri kita, sehingga kita merasa sangat mendesak bagi kita untuk mengejar kebenaran dan menerapkan kebenaran. Dengan cara ini, kita juga telah mencapai dampak yang sesuai dalam membaca Alkitab, dan kita akan semakin dekat dari tuntutan Tuhan.

3. Kita harus memusatkan perhatian untuk mengenal watak Tuhan dari firman-firman Tuhan
Setiap firman Tuhan adalah ekspresi sejati dari kehidupan dan watak Tuhan; oleh karena itu, firman Tuhan memiliki watak Tuhan di dalamnya, yang semuanya merupakan ungkapan dari semua yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu. Jadi, kita harus memperhatikan untuk mengenal Tuhan dari firman-firman-Nya. Ini adalah cara penting untuk mengenal Tuhan. Ketika kita mencari dan merenungkan dengan cara ini, kita akhirnya dapat mencapai pemahaman yang benar tentang Tuhan, sehingga ketika hal-hal terjadi di masa depan, kita akan tahu bagaimana melakukannya sesuai dengan kehendak Tuhan, dan tidak akan dengan mudah melanggar watak Tuhan.

Adapun hal ini, mari kita berbicara dengan mengambil satu contoh. Misalkan ketika kita melihat kata-kata Tuhan Yesus: “Bukan setiap orang yang memanggil-Ku, Tuhan, Tuhan, yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan” (Matius 7:21-23). Kita harus belajar untuk berfokus pada upaya mencari tahu watak apa yang Tuhan nyatakan dalam firman-Nya, mengapa Tuhan berkata begitu? Setelah merenungkan, kita dapat melihat bahwa Tuhan tidak memuji semua orang yang percaya pada Tuhan, dan yang meneriakkan “Tuhan, Tuhan”, seperti orang-orang yang tampaknya menghabiskan waktu dan mengorbankan milik mereka demi Tuhan, apa yang mereka lakukan bukanlah untuk melakukan kehendak Tuhan, tetapi untuk diberkati dan memasuki kerajaan surga. Mereka ada niat dan tujuan pribadi. Sikap Tuhan terhadap orang-orang ini adalah kebencian dan kejijikan. Dari sini, kita dapat melihat bahwa Tuhan bukanlah seperti yang kita bayangkan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang memberi manusia rahmat dan penuh belas kasihan dan kasih setia, sebenarnya Tuhan juga memiliki kemegahan dan keadilan; tidak benar dikatakan bahwa selama kita percaya kepada Tuhan, kita semua dapat diberkati dan dipuji oleh Tuhan; hanya mereka yang benar-benar melakukan kehendak Tuhan, mereka yang benar-benar menaati Tuhan Yesus, dan mereka yang mengorbankan milik mereka demi untuk mengasihi Tuhan Yesus serta memuaskan-Nya—akan diberkati oleh Tuhan dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan pada akhirnya. Sama seperti pengorbanan yang Petrus lakukan, dia berkorban dengan hati yang tulus demi Tuhan tanpa tujuan atau niat pribadi, semua yang dilakukan oleh Petrus adalah untuk memuaskan Tuhan, dan akhirnya dia disalib terbalik bagi Tuhan. Petrus mencapai kasih yang agung terhadap Tuhan, mampu menaati Tuhan sampai mati, dan telah memberikan kesaksian yang bergema. Orang seperti itu akan menikmati berkat abadi Tuhan dalam Kerajaan Surga. Orang-orang Farisi percaya kepada Tuhan dari generasi ke generasi; dari penampilan luar, mereka bekerja keras dan memiliki jasa, serta mengorbankan milik mereka dan meninggalkan sesuatu demi Tuhan Yesus, tetapi mereka adalah orang yang membenci kebenaran dan menentang Tuhan. Tuhan Yesus telah mengutuk mereka dengan “tujuh kecelakaan” dan mereka tidak akan pernah menerima pujian dari Tuhan. Ini ditentukan oleh watak Tuhan yang benar dan kudus. Setelah memahami poin ini, kita akan memiliki pemahaman baru tentang watak Tuhan yang benar, kita tahu apa yang diperkenankan oleh Tuhan, dan apa yang dibenci oleh Tuhan, sehingga dapat mengejar untuk menjadi seseorang yang memuaskan Tuhan.

Dapat dilihat dari hal ini bahwa sangat penting bagi kita untuk merenungkan dan memahami watak Tuhan ketika kita membaca firman Tuhan. Kalau tidak, kita tidak akan memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan, dan tidak pernah tahu apa yang disukai dan dibenci oleh Tuhan, sehingga kita akan mendefinisikan Tuhan dalam imajinasi dan konsepsi kita, dan pada akhirnya kita juga tidak akan memperoleh pujian dari Tuhan. Oleh karena itu, kita harus mengerahkan upaya yang besar dalam firman Tuhan, sungguh-sungguh merenungkan watak Tuhan yang terkandung di dalamnya, dan memahami semua yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu. Hanya saja firman Tuhan terlalu mendalam. Ada beberapa kebenaran yang tidak bisa kita pahami hanya dengan merenungkan sekali atau dua kali. Oleh karena itu, kita perlu lebih giat merenungkan firman Tuhan, lebih banyak berdoa, dan lebih banyak melakukan pencarian. Kita juga boleh lebih banyak berkomunikasi dengan saudara-saudari. Saya percaya bahwa selama kita mau membayar harganya, Roh Kudus juga akan mulai menuntun kita.

Tiga prinsip utama di atas adalah penerapan utama untuk membaca firman Tuhan. Jika sekarang kita membaca firman Tuhan berdasarkan cara-cara ini, maka kita dapat memahami lebih banyak kebenaran, dan kehidupan kita juga akan terus bertumbuh bagaikan bunga wijen yang mekar!

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *