Luka dari Orang Terdekat Terasa Lebih Dalam
Dalam hidup ini, tidak ada yang lebih menyakitkan selain dikhianati atau disakiti oleh orang yang kita percaya. Entah itu sahabat dekat, rekan pelayanan, atau bahkan saudara seiman—luka yang ditinggalkan bisa jauh lebih dalam daripada luka fisik. Mengapa? Karena kepercayaan adalah dasar dari hubungan yang sehat, dan ketika kepercayaan itu dilanggar, hati kita ikut hancur.
Namun, sebagai orang percaya, bagaimana seharusnya kita merespons saat mengalami pengalaman seperti ini?
Tuhan Mengerti Luka Hati Kita
Yesus sendiri pernah disakiti oleh orang-orang terdekat-Nya. Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas murid-Nya, mengkhianati-Nya dengan ciuman. Petrus, murid yang paling vokal menyatakan kesetiaannya, justru menyangkal-Nya tiga kali. Bahkan saat Yesus tergantung di kayu salib, banyak yang meninggalkan-Nya.
Artinya, Tuhan mengerti dan merasakan setiap pengkhianatan dan luka batin yang kita alami. Kita tidak sendiri.
“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”
(Mazmur 34:19)
Belajar Mengampuni Bukan Karena Mereka Layak
Pengampunan bukanlah tanda kelemahan. Mengampuni adalah pilihan sadar untuk melepaskan beban luka dan membiarkan Tuhan yang menyembuhkan. Kita tidak mengampuni karena orang itu pantas dimaafkan, tetapi karena kita tahu bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengampuni kita.
“Ampunilah orang lain sebagaimana Kristus telah mengampuni kamu.”
(Kolose 3:13)
Mengampuni bukan berarti melupakan atau membiarkan diri disakiti terus-menerus. Terkadang, pengampunan juga disertai dengan batas sehat (boundaries) agar hubungan tetap dijaga namun tidak merusak.
Menyembuhkan Diri dengan Mendekat pada Tuhan
Saat luka masih terasa, jangan buru-buru menekan perasaan. Bawalah semua kekecewaan dan kesedihan kepada Tuhan. Curhatlah kepada-Nya dalam doa. Menulislah dalam jurnal. Bacalah firman-Nya. Tuhan tidak terganggu oleh air mata dan kejujuran kita. Ia justru hadir dalam kedalaman luka itu untuk memeluk dan menyembuhkan.
Tuhan Mengubah Luka Menjadi Pelajaran
Tuhan sering memakai masa-masa tersulit dalam hidup kita sebagai tempat pembentukan karakter. Dari pengalaman disakiti teman, kita belajar:
-
Lebih bijak dalam membangun kepercayaan
-
Tidak bergantung pada manusia, melainkan pada Tuhan
-
Belajar kasih yang tanpa syarat
-
Menjadi pribadi yang lebih kuat dan rendah hati
Tuhan dapat memakai pengalaman pahit untuk membawa kebaikan jika kita berserah kepada-Nya.
Penutup: Jangan Biarkan Kepahitan Menguasai
Disakiti oleh teman memang menyakitkan, tetapi jangan biarkan kepahitan menguasai hidupmu. Tuhan melihat air matamu, mendengar doamu, dan tidak akan membiarkanmu terluka tanpa tujuan. Serahkan semuanya kepada-Nya. Biarlah kasih dan damai Kristus memenuhi hatimu kembali.
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
(1 Petrus 5:7)
Komentar