Renungan rohani tentang pasangan yang setia. Memiliki seseorang yang kita cintai dan mencintai kita merupakan impian semua orang. Tak semua berkesempatan merasakannya pada waktu muda, namun Tuhan memastikan itu akan terjadi di hari tua.
Jodoh akan tiba pada masanya, saat kita semua telah siap sebagai manusia dan bisa menjadi orang tua bagi anak-anak, Tuhan akan mendatangkan orang yang tepat bagi kita. Namun itu bukan alasan yang membuat kita harus pasrah menunggu, melainkan kita harus berjuang mencarinya.
Cara mencarinya ada beragam, salah satu yang paling utama adalah dengan memanjatkan doa minta jodoh kristen. Sebab kita tahu betapa besar kekuatan jodoh itu. Memanjatkan doa tersebut dengan hati yang tulus akan membuat kita semakin dipercepat bertemu dengan jodoh.
Setelah itu, tinggal kesetiaan yang harus kita jalin. Apalagi jika sudah memiliki anak, jangan sampai timbul perceraian yang merugikan, seperti yang pernah kami bahas pada ayat alkitab tentang perceraian. Ibarat kata pepatah, kesetiaan itu mahal harganya.
Melalui artikel ini kami akan berbagi sejumlah kumpulan renungan rohani Kristen tentang kesetiaan pasangan hidup. Dengan adanya renungan saat teduh yang akan kami bagikan di bawah ini, mudah-mudahan kita akan semakin memahami betapa pentingnya menjalin kesetiaan dengan pasangan.
Tuhanlah yang Membuat Berhasil
“…engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku.” Kejadian 24:4.
Eliezer merupakan pelayan Abraham yang bisa disebut sangat senior dan begitu setia sehingga dia dipercaya untuk mengaur segala hal yang ada di rumahnya. Bahkan dia dipercaya untuk tugas yang teramat penting, yakni mencarikan jodoh untuk anaknya yaitu Ishak.
Pada satu sisi, apa yang Abraham lakukan ini merupakan suatu penghargaan dan bentuk kepercayaan yang luar biasa bagi Eliezer. Namun di sisilain, perintah ini menuntut tanggung jawab yang begitu besar. Sebab bila salah menentukan pasangan hidup, maka masa depan Ishak akan hancur.
Eliezer lalu pergi ke Aram-Mesopotamia dengan mebawa berbagai barang berharga. Sampainya di sana, Eliezer merasa lelah dan dia berhenti di sebuah sumur di luar kota. Di situ, dia bertemu beberapa perempuan yang datang untuk menimba air. Eliezer kemudian berdoa kepada Tuhan.
“…buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum–dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.” (Kejadian 24:12-14).
Akhirnya Tuhan pun memberi jawaban kepada Eliezer dan menunjukkan bahwa Ribka yang akan menjadi penolong bagi Ishak.
Eliezer berhasil menjalankan apa yang diamanatkan oleh Abraham, sebab dia terlebih dahulu berdoa kepada Tuhan untuk meminta petujuk. Dengan kata lain, Eliezer melibatkan Tuhan sebelum dia memutuskan untuk mengambil tindakan. Doa inilah yang mendatangkan kuasa yang sanggup menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak. Sekalipun doa Eliezer sangat sederhana, namun ini penuh dengan muatan iman.
Jangan Salah Memilih Pasangan
“tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.” 1 Korintus 7:2.
Secara jelas Alkitab menyatakan bahwa untuk menghindarkan diri dari bahaya, maka laki-laki dan perempuan harus berumah tangga. Pernikahan menjadi kunci dan melibatkan dua pihak. Kita tak boleh sembarangan dalam memilih pasangna hidup, maka dari itu pikirkan dan rencanakan dengan baik, sebab perniakahn Kristiani merupakan hal yang dilakukan sekali seumur hidup.
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14). Pasangan seiman adalah harga mutlak dan tidak bisa dikompromikan. Jika berbicara dari sudut pandang laki-laki, atau kita sebut calon-calon suami, di dalam memilih calon isteri hendaknya jangan didasarkan atas dorongan lahiriah semata, sebab apa yang tampak secara kasat mata itu bisa menipu dan bukanlah ukuran, sebab “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.” (Amsal 31:30).
Ini yang penting untuk diperhatikan, sebab laki-laki akan menjadi kepala keluarga dan bertanggung jawab penuh atas rumah tangga. Kriteria utama dalam memilih pasangan hidup adalah orang yang takut akan Tuhan.
“Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.” (Amsal 31:15, 19, 27).
Kecakapan seorang istri menurut pandangan firman Tuhan yaitu bertitik tolak pada kerajinannya dalam mengurus rumah tangga atau tidak suka bermalas-malasan. Cakap tidak hanya mengandalkan paras wajah cantik, melainkan punya kepribadian yang baik.
Komentar