Yakobus 4:14-15
“Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.”
Bacaan setahun : Amsal 31; Kolose 4; 1 Raja-Raja 15-16
Dalam hidup ini kita diajar untuk membuat rencana. Rencana untuk 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, dan masih banyak lagi. Menikah pun perlu rencana. Dengan siapa, kapan, memakai adat atau tidak, biayanya dari mana, dan lain-lain. Sekolah anak juga perlu rencana, maka dari itu ada yang dinamakan tabungan pendidikan. Ada juga tabungan kecelakaan bahkan tabungan untuk kondisi yang tidak terduga.
Namun, beberapa orang pasti berpikir, “mengapa capek-capek membuat rencana, toh Tuhan adalah pemegang segalanya?”
Jadi sehebat apapun rencana manusia akan mudah gugur dengan kehendak Tuhan. Jadi lebih baik mengalir saja, ikuti kehendak Tuhan. Lantas sebenarnya kita ini harus berencana atau ikut kehendak Tuhan?
Ayat hari ini memperlihatkan orang yang sangat detail dalam merencanakan. Dia tahu kapan pergi, tahu mau kemana, berapa lama tinggal dan sudah tahu mau usaha apa. Bahkan hebatnya dia juga yakin akan dapat untung (ayat 13). Artinya semua sudah dia pikirkan dan punya keyakinan yang besar. Namun, ayat selanjutnya menjelaskan bahwa perbuatan seperti itu adalah kesombongan.
Jangankan untuk hari esok, untuk satu detik ke depan saja manusia tidak tahu. Harusnya kita selalu berpikir jika Tuhan menghendaki, artinya kita selalu membuka ruang bahwa semua rencana kita selalu diselaraskan dengan kehendak Tuhan. Ini juga menjawab apakah harus berencana atau ikut kehendak Tuhan saja?
Manusia tetap harus berencana karena jika seorang tahu bagaimana harus berbuat baik dan merencanakan kehidupan, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa. Kita juga harus membuka diri agar Tuhan memimpin rencana kita. Dengan mengerti ini, kita akan lebih tenang.
Kita memang harus memiliki rencana, tapi jika tidak tercapai, mungkin Tuhan punya rencana lain yang lebih baik untuk kita. Mari mulai hidup kita dengan serius. Merencanakannya, mendoakannya dan menjalaninya dengan serius, karena Allah juga serius untuk hidup kita sampai Dia rela mati untuk kita. Tuhan memberkati.
Ditulis oleh Naomi Irmadiana
Komentar