Mazmur 51:4
“Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.”
Bacaan setahun : Mazmur 31; 1 Tesalonika 3; Yesaya 15-16
Hari ini kita akan belajar dari seorang tokoh Alkitab yang bernama Daud. Daud adalah seorang raja yang sangat dihormati kala itu. Bahkan ketika ia belum menjadi raja, rakyat bernyanyi secara berbalas-balasan di 1 Samuel 18:7 katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.”
Pada waktu Daud berada pada puncak kejayaannya, ketika raja-raja biasanya maju berperang, Daud memutuskan untuk tidak pergi berperang. Ia berada di tempat yang tidak tepat sehingga ia jatuh kedalam dosa.
Kita tahu bersama tentang dosa Daud yang dilakukannya secara berturut-turut, hal itu membuat Tuhan menegur Daud lewat perantara Nabi Natan. Ketika ditegur oleh Tuhan, Daud langsung menyadari perbuatannya. Bukan hanya sampai disitu, Daud juga bertobat dan meminta ampun kepada Tuhan. Tidak ada kata-kata pembelaan diri.
Sikap Daud sangat bertolak belakang dengan sikap Saul ketika nabi Samuel menegurnya. Saat itu Saul berbuat dosa, namun berdalih atas perbuatannya. Dia menyalahkan orang lain bahkan pada saat itu ia berkata kepada Nabi Samuel untuk menghormatinya sebagai raja.
Sikap Daud perlu untuk kita contoh. Ketika kita melakukan dosa, kita harus mengakuinya bahkan harus merendahkan diri dihadapan Tuhan. Seperti Daud dalam Mazmur 51:3 – “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!”
Rahmat Tuhan besar bagi setiap kita, tetapi kita jangan menganggap rendah. Saat Tuhan mengampuni kita, pandang itu sebagai sesuatu yang sangat berharga sehingga kita tidak berbalik melakukan dosa yang sama.
Dalam 1 Korintus 13:11 (TB) dikatakan, “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.”
Kata meninggalkan dalam ayat ini berasal dari kata “katargeo” yang berarti tidak ada peluang untuk kembali. Hal yang sama juga berlaku ketika Tuhan mengampuni kita, kita harus mengambil sikap dewasa untuk tidak akan pernah kembali kepada dosa masa lalu.
Mari kita bersama-sama menjadi anak Tuhan yang dewasa yang jika jatuh ke dalam dosa, kita segera minta ampun kepada Tuhan tanpa berdalih atau beralasan sedikitpun. Kita benar-benar meninggalkan dosa tersebut dan bangkit berjalan bersama-Nya.
Komentar