Renungan harian rohani tentang kasih ibu. Dia adalah sosok yang sangat menyanyangi kita, bahkan sejak kita belum lahir ke dunia. Ibu selalu memberikan apa yang kita butuhkan mulai dari asupan gizi, cara belajar dan melangkah, hingga pelajaran etika dan moral yang penting untuk mengarungi kehidupan.
Maka dari itu, jangan lupa doakan selalu ibu kita maupun ibu-ibu lain di seluruh dunia melalui doa syafaat ibadah kaum ibu saat beribadah di gereja maupun doa untuk orang sakit kristen bila ada seorang ibu yang tengah menderita penyakit serius, serta doa-doa lainnya yang tergabung dalam doa sehari-hari kristen.
Selain itu jangan lupa memberikan cinta dan kasih sayang kepada mereka setiap saat berjumpa maupun ketika berada di lokasi yang berbeda. Cinta dan kasih kepada ibu bisa ditunjukkan melalui berbagai cara, salah satu cara yang paling mudah adalah dengan berbicara menggunakan bahasa yang sopan dan tidak menyakiti hatinya.
Renungan-renungan rohani di bawah ini juga mengatakan betapa besar kasih yang diberikan ibu, betapa tingginya cinta yang dilimpahkan oleh ibu yang sebenarnya tidak mampu kita balas, dan doa-doa maupun cinta-kasih yang kita berikan hanya dapat membalas beberapa persen saja dari kebaikannya. Berikut adalah beberapa renungan rohani tentang kasih ibu yang dirangkum dari berbagai sumber.
Kasih Seorang Ibu
“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.” Amsal 1:8.
Ada pepatah yang berkata bahwa kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah. Pepatah ini menggambarkan betapa besar kasih ibu yang tiada terbatas dan akhir, laksana jalan yang tak ada ujungnya. Berbeda dengan kasih anak yang hanya diibaratkan seperti galah saja. Contoh kasih ibu yang tak terbatas ini ditunjukkan oleh Nancy Matthews Edison, ibu dari penemu bola lampu Thomas Alva Edison.
Sejak kecil, Thomas adalah anak yang memiliki gangguan pendengaran, dinilai sebagai anak yang lambat dalam berpikir dan tidak memiliki bakat sheingga dikeluarkan oleh pihak sekolah sehingga Thomas hanya mengenyam pendidikan formal selama 3 bulan saja. Dalam kondisi itu tentu siapa saja akan berpikir Thomas akan bermasa depan suram, namun berkat kasih sang ibu, perlahan namun pasti, Thomas pun mulai meretas masa depannya.
Ibunya yang berprofesi sebagai guru menjadi guru pribadinya di rumah. Meski memiliki banyak kekuarangan dan keterbatasan, namun tak menyurutkan semangat Nancy untuk terus mendidik dan mengajari Thomas. Gayung pun bersambut, Thomas tak menyia-nyiakan segala usaha dan jerih payah sang ibu. Setelah ia berhasil menghasilkan 1.093 penemuan yang luar biasa.
Salomo mengingatkan kepada anak-anak untuk tidak menyiakan ajaran ibunya (ayat nas), dan Rasul Paulus pun memberi nasihat yang sama. Bila kita berperan sebagai orang tua, berilah yang terbaik dari waktu, tenaga, dan pikiran kita untuk anak-anak sehingga kelak mereka akan menikmati buah dari kerja keras tersebut.
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.” (Efesus 6:1).
Ibu Tak Pernah Melupakan Kita
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Yesaya 49:15.
Saat terkadang kita dihadapkan dalam sebuah pencobaan, penderitaan yang tiada ujung, ktia beranggapan bahwa Tuhan tidak lagi peduli dengan kita dan bahkan melupakan kita. Ditambah dengan doa-doa yang sekian waktu lamanya juga belum ada jawaban sehingga makin mempertegas anggapan tersebut.
Bila kita berpikir demikian, maka kita sebenarnya belum benar-benar mengenal Tuhan. Kita hanya melihat dan menilai segala sesuatu dari sudut pandang kita sendiri. Hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah mengoreksi diri.
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yesaya 59:1-2).
Seperti ibu yang sedang menyusui, mereka memiliki sensitivitas tinggi terhadap bayinya. Sekalipun sang bayi berada di ruangan yang berbeda, sesibuk apapun, ibu akan sangat peka terhadap anaknya ketika menangis dan membutuhkan. Bila ibu di dunia ini bertindak sedemikian rupa, bukankah Tuhan juga demikian?
Tuhan lebih peka terhadap kebutuhan-kebutuhan anak-Nya dan tahu yang terbaik bagi kita. Bukankah ini menjadi suatu jaminan bagi kehidupan orang yang percaya? Maka berhentilah untuk mengeluh dan bersungut ketika sedang menghadapi pergumulan.
“Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9).
Komentar